Cerita Petani
Januari 5, 2010

Republika, ahad, 3 Januari 2010. Ada yang menarik dari halaman depan HU ini, setidaknya menurut saya. ya, saat ini saya agak sensitif dengan hal-hal yang berbau kata ‘petani’. salah satu judul headline di halaman depan koran ini sontak membuat mata saya terpusat, “Cerita Petani Naik Kelas”. rasa penasaran saya timbul ingin segera membacanya.

Penulis artikel ini, Priyantono Oemar, mungkin salah satu wartawan HU Republika, cukup apik menuliskan cerita seorang petani berasal dari pulau Bali, I Made Gunada.

pada awal paragraf cerita, Priyantono menuliskan kalimat yang sangat menarik saya, yang tentu saja kemudian membuat penasaran saya semakin besar. “Memakai celana pendek dan menenteng plastik kresek, I Made Gunada masuk ke restoran cepat saji McDonalds (McD) Kuta. Saat itu, malam. suatu hari di Oktober 1993…”. padanan kalimat awal yang baik, menurut saya. karena saya berfikir ini (I Made Gunada) masuk dalam kategori petani saya, WastedFarmers.

tidak mudah bagi Made untuk menemukan McD. menempuh jarak 70 km dari Bedegul ke McD di Legian dengan sepeda motor trail dari ketinggian 1400 meter dari permukaan laut. ia datang ke restoran ini bukan untuk mendapat celaan dan pulang tanpa hasil. ketersia-siannya di mata sotore managerĀ  tidak membuatnya menyerah, tapi malah bangkit untuk membuktikan bahwa ia tak layak diperlakukan sebagai petani yang disia-siakan.

pada awalnya ayah Made, I Wayan Barata pun mencelanya karena keputusannya untuk menjadi petani. juga pada saat hasil panen pertama-melonnya menumpuk hampir membusuk.

saya membayangkan bagaimana I Made Gunada di pandang sebelah mata oleh seorang store manager yang di temuinya saat itu. hanya karena ia menggunkan celana pendek. seperti yang di ceritakan Priyantono pada pertengahan cerita, “I Made-anak gunung yang baru lulus kuliah, tak tertarik untuk mencari pekerjaan kantoran karena ia ingin mandiri dan tak mau diperintah orang lain”.

singkat cerita dari perjuangan Made menjadi petani sukses, kini, 49 gerai (dari 98 gerai yang ada secara nasional) McD di jawa-bali, kebutuhan sayurannya telah dipenuhi Made lewat PT Wiguna Makmur. Made pun telah mengantongi sertifikat audit Good Manufacturing Practice (GMP) dan Hazard Analizes Critical Control Point (HACCP). Tahun ini ia mengikuti audit Supplier Quality System (SQMS).

“Bahwa petani itu tidak hina. Hidup adalah proses tumbuh dari kecil jadi dewasa” ujar Made pada HU Republika. kini produk pertaniannya tak lagi di bungkus dengan plastik kresek, tapi dengan plastik kedap udara. seorang petani yang naik kelas, bukan?

I like it.. ya, saya suka cerita ini. karena saya tahu cerita pada artikel ini tidak mungkin menceritakan keprihatinan sang petani (I Made) selamanya. manalah mungkin ia seorang petani biasa yang ‘naik kelas’ masuk koran pula. WastedFarmers adalah petani yang bangkit, jujur rendah hati dan tak lelah berusaha, karena ketersia-siannya.